Teriknya matahari ,pekatnya debu jalanan tak menghentikan ku untuk berburu perlengkapan untuk acara anniversary aku dengan pacarku Rizal, ya Rizal seorang laki-laki yang sudah mengisi dan menemani hari-hari ku selama 4 tahun ini, suka duka tangis tawa sudah kita lalui sama-sama bahkan bertengkar pun sudah menjadi hal biasa terjadi diantara kami, namun kita tahu bagaimana cara mengatasinyasupaya tidak berkepanjnagan dan berlarut-larut. Rizal sosok laki-laki yang cukup dewasa menurut ku, pekerja keras juga karena dia sejak lulus sekolah sudah menjadi tulang punggung keluarga karena ayahnya sudah tiada. Untuk hal-hal seperti ini saja Rizal pasti lupa , namun aku coba untuk ngerti dan pahamin dia.
Tetapi Setahun belakangan ini Rizal sikapnya berubah, perhatianya pun berkurang ,memang dia tidaklah romantis tetapi untuk mengucapkan selamat pagi dan selamat tidur ketika awal-awal pacaran sering Rizal lakuin tetapi untuk sekarang sudah tak pernah dia lakuin,bahkan untuk komunikasi pun harus aku yang mulai duluan,untuk bertemu pun aku harus bikin janji jauh-jauh hari dulu dengan dia, serasa mau bertemu dengan pejabat harus punya janji dulu padahal dia pacar aku,kalau pun sayang pasti bisa untuk menyempatkan waktu untuk melepas rindu.
"Del hari ini sepertinya kita tidak bisa bertemu" Kata Rizal
* Loh kenapa? kan kita udah buat janji untuk bertemu hari ini, untuk hari ini aja please jangan kecewain aku luangin waktu untuk aku * balas ku pada Rizal
"Sorry Del, aku sibuk kerjaan ku banyak jadi tolong pahamin,kita bisa ketemu di lain waktu"
aku hanya membaca pesan terakhir dari Rizal tanpa membalasnya, karena percuma sekuat aku untuk tetap maksa dia buat datang pun percuma dia tetep sama keputusanya lagi pula aku tak ingin ada pertengkaran lagi diantara kita.
Aku pun pulang ke kostan ku, aku tinggal sendiri di kota ini, demi mencari rezeki aku rela berpisah jauh dari kedua orang tua ku, dan sebelum aku bertemu dengan Rizal pun aku sudah terbiasa melakukan apapun sendiri.
Keesokan harinya , tak ada kabar sama sekali dari Rizal , aku hubungin pun tak ada respon kemana kah dia? Sibuk kan? berjuta pertanyaan saling datang dan pergi di pikiran ku , padahal besok adalah hari aniv kita , aku sudah menyiapkan kejutan kecil untuknya ya..meskipun setiap tahun selalu aku yang menyiapkan kejutan buat dia, aku pun berusaha mencari tau keberadaan Rizal pada teman-temanya namun tak seorang pun tahu dimana Rizal berada sekarang. Dengan rasa pasrah akhirnya aku kirim dia pesan semoga saja Rizal nanti membacanya dan bisa untuk datang
* Rizal sayang, nanti malam aku tunggu di cafe musik ya jam 7 , see u dear *
berkali-kali aku cek handphone berharap Rizal membalas pesan ku tetapi tak ada sama sekali, di tempat kerja pun aku jadi gelisah memikirkan acara nanti malam, sampai jam pulang kantor pun Rizal tetap belum membalas pesanku .
jam sudah menunjukan pukul 17.46 masih tetap belum ada tanda-tanda Rizal akan membalas pesan ku .
Sesampainya dikostan aku mulai gelisah dan tak tenang .
*ok..aku akan tunggu sambil siap-siap saja*
aku mempersipakan diri sebaik mungkin , aku mengenakan gaun warna biru langit warna kesukaan Rizal dan tak lupa aku merias wajahku natural saja,karena Rizal tidak suka aku memakai make up terlalu berlebihan.
Setelah semuanya selesai aku kembali gelisah , segala kemungkinan bisa saja terjadi malam ini, tetapi aku mencoba untuk tetap berpikir positif .
Tepat pukul 18.00 aku menuju ke tempat dimana aku bikin janji dengan Rizal, sesampainya di cafe aku mengambil posisi yang sudah aku booking dengan sedikit hiasan balon-balon dan sederet foto-toto kita selama 4 tahun ini, tidak lupa juga kado special yang sudah aku siapkan, senyumku merekah melihat semua ini, tinggal menunggu Rizal datang.
Setengah jam berlalu,Rizal masih belum datang juga tetapi aku masih sabar menantinya. Sudah satu jam aku menunggu tetapi Rizal masih tetap belum datang juga aku pun sudah mulai gelisah,
Aku mulai mengalihkan perhatianku untuk menghilangkan rasa gelisahku pada sekumpulan oramg-orang di area balkon cafe, sepertinya sedang ada acara juga disana .
*Bahagianya bisa kumpul dengan kelurga dan teman-teman, ah aku jadi kangen sama orang tua ku * batin ku
Kusapukan pandangan ku kesekitar orang-orang disana, tertawa dengan lepasnya , namun ada satu sosok yang sepertinya aku kenalin, Rizal ya dia Rizal, sedang apa dia disana? apa dia kesulitan mencari aku? dengan di penuhi rasa penasaran aku bergegas menghampiri Rizal.
Namun langkahku terhenti ketika melihat ada sesuatu yang berbeda, Rizal tertawa dengan lepasnya , sesuatu yang sudah lama tak di perlihatkan Rizal padaku , ada apa ini sebenarnya, rasa penasaran ku pun semakin menjadi tak sabar rasanya aku ingin cepat-cepat menghampir Rizal, tapi tunggu dulu apa yang ada di tangan Rizal? sebuah kotak cincin, tapi untuk siapa ? apa untuk aku?
Tiba-tiba seorang gadis cantik menghampiri Rizal dengan senyumnya yang manis, gayanya yang modis dan perawakan bak model , siapa gadis itu? aku masih memperhatikan mereka di belakang orang-orang yang riuh bertepuk tangan dengan perasaan tak tenang dan bertanya-tanya ,siapa gadis itu sebenarnya? trus ada hubungan apa dengan Rizal?
' Akhirnya Rizal tunangan juga ya sama Inka '
' iyah, padahal Rizal yang dari dulu gak pernah mau sama Inka , tetapi sekarang mau juga , mungkin ini yang di namakan dengan jodoh tak kemana'
'Tapi bukanya Rizal udah punya cewek ya ?'
' kata Inka sih udah putus dari setahun yang lalu gituh'
apaa.. Rizal tunangan? ga, ini pasti mimpi, ga mungkin rizal setega itu sama aku,dan bilang kalau kita sudah putus dari setahun yang lalu,dia pun tak pernah bilang atau pun cerita soal Inka pada ku.
Aku berharap ini mimpi tetapi ini nyata , Rizal memakaikan cincin itu di jari manisnya gadis itu, ingin rasanya aku samperin dan marah-marah kepada Rizal namun akal sehatku masih berfungsi, untuk apa aku melakukan hal semacam itu sama saja aku mempermalukan diri ku sendiri.
Retak hati ini, hancur hati ini , sesak rasanya dada ini menyaksikan secara langsung penghianatan yang dilakukan Rizal terhadap ku, aku pun memutuskan pergi dari tempat ini tak kuat rasanya menyaksikan semua itu, sekuat apa pun aku menahan air mata tetap saja mengalir tanpa aku komando.
Sepanjang perjalanan pulang aku hanya bisa menangis dengan perasaan hancur dan penasaran , tak peduli berapa banyak orang melihatku dan bertanya,
*Rizaaaaalllll kamu jahat, kamu tega sama aku, apa salah aku? * teriakku di sela-sela bisingnya kendaraan yang lalu-lalang malam itu.
Aku kembali ke kostan dan membaringkan tubuh ini dengan air mata masih mengalir dari mata ku, teralu sakit dan hancur. Tiba - tiba handphone ku berbunyi
" Adel sayang maaf ya, hari ini aku sibuk sekali jadi aku baru sempet lihat chat kamu, maaf juga ya aku tak bisa datang ke acara kita,tapi aku tak lupa kalo hari ini hari anniversary kita yang ke 4 tahun, happy anniversary ya sayang"
bisa-bisanya Rizal bilang seperti itu seolah-olah tidak terjadi apa-apa hari ini
*aku tunggu kamu besok jam makan siang di taman deket kantor,ada banyak hal yang harus kita bicarakan ,aku harap kamu bisa datang * balasku pada Rizal
hati ini memang hancur dan retak , tetapi aku tidak boleh dengan keadaan ini, semuanya harus jelas dan selesai.
Keesekoan harinya tepat di jam makan siang aku sudah menunggu Rizal di taman deket kantor,
"Hai Del maaf ya telat, jadin buat kamu nunggu"
*ya... ga masalah sudah biasa juga kan*
Rasanya aku ingin sekali langsung marah-marah padanya namun itu tak akan menyelesaikan masalah yang ada,justru mungkin malah memperburuk keadaan .
"ada apa Del,kenapa kmu sini begitu padaku ?" tanya Rizal
*sekarang tolong jelaskan sama aku,kemana kamu seharian kemaren?*
" kenapa masih bahas yang kemaren,kan aku sudah minta maaf sama kamu"
*aku tanya sekali lagi kemana kamu kamarin Rizal??? * nada bicara ku mulai meninggi karena sudah merasakan kesal dan greget karena Rizal seperti ingin tetap menyembunyikan semuanya dari aku.
" Em.. Aku.. Emm ..itu aku abis nganter mama aku berobat, iya berobat"
Rupanya Rizal tetap mencari alasan untuk tidak jujur padaku,
* oh berobat ya, emang mama kamu sakit apa? ko berobatnya di bawa ke cafe musik?*
Ekpresi muka Rizal mulai berubah dari yang tadinya tenang menjadi gelisah
*kenapa diam?* tanyaku pada Rizal
"kok kamu tahu, tahu dari mana?"
8Aku tak perlu tahu dari siapa pun, karena Allah sendiri yang sudah menunjukan jalannya supaya aku tahu semuanya melalui kedua mata ku sendiri, semalam aku ada di sana, di tempat kamu memakaikan cincin itu pada Inka,dan di tempat dimana kita akan merayakan aniv kita, dengan kedua mata ku pun aku melihat kekasihku,pacarku,orang yang aku sayangin,orang yang sudah menemaniku selama 4 tahun ini bertunangan dengan wanita lain,dan lebih parah lagi kamu bilang kalo kita sudah putus*cecar ku pada Rizal
"Baguslah kalau kamu sudah tahu"
*apa kamu bilang bagus, dari segimananya yang kamu bilang bagus,dari mananya Rizal?*
"aku gak mau nyakitin kamu Del,tapi aku pun ga bisa membohongi perasaan aku sendiri"
* Dengan begini pun kamu sudah nyakitin aku,dengan berubahnya sikap kamu ke aku beberapa waktu ini udah bikin aku sakit,tapi aku coba buat bersabar dan tetap berpikir positif ,sekarang aku tanya siapa perempuan itu?* nada bicaraku mulai ku atur kembali,tak ingin kembali emosi dan menghabiskan waktu terbuang dengan percuma.
"namanya Inka ,dia anak sahabat dari mama ku,awalnya semunya biasa saja ,tak ada sedikit rasa buat dia,karean aku sudah memuliki kamu,namun dengan seiringnya berjalan waktu ,aku sama Inka semakin dekat karena mama ku terus memaksa aku untuk menemani dia ,semakin hari rasa itu mulai ada,aku engga tau sejak kapan ,mama pun mengetahui hal itu dan akhirnya mama memutuskan untuk meminta aku bertunangan dengan Inka" jelas Rizal
*Tetapi mama kamu kan tahu kalau kamu sudah punya pacar,dan mama kamu pun tahu aku,kenapa malah minta kamu buat tunangan sma perempuan lain,apa kamu ga mikirin gimana perasaan aku,gimana hancurnya aku? gimana retaknya aku? kamu ga mikirin kan?*
" iya oke.. disini aku memang salah,aku yang bilang ke mama kalau kita sudah putus,dan aku ga bisa menolak permintaan mama ku,ya karena aku pun menyukai Inka, aku harap kamu ga benci atau marah sma aku "
*ya.. aku paham,tidak sepantasnya aku seegois ini memntingkan perasaan aku sendiri* kata ku sambil menyeka air mata
"aku yakin kamu bisa bahagia tanpa aku "
*aku pasti bisa bahagia ko,seperti kamu yang sekarang sedang berbahagia,tenang aja aku ga benci atau pun marah cuma kecewa aja,tapi biarkan rasa kecewa ini hilang dengan sendirinya meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama*
"itu hak kamu buat ngerasa kecewa terhadap aku, aku terima itu, kamu perempuan baik , kamu pasti akan menemukan laki-laki yang lebih baik dari aku "
*pastinya, karena aku percaya perempuan baik akan di sandingkan dengan laki-laki baik juga, bukan dengan sang penghianat*
aku lihat expresi wajah Rizal mulai terlihat murung seperti ada rasa penyesalan , tetapi aku sudah tak ingin peduli lagi,
Aku pun pergi dari taman itu dengan membawa perasaan yang berkecamuk di dada, tetapi hidup harus terus berjlan.biarkan hati yang retak ini sembuh dengan sendirinya,perlahan namun pasti.
Tetapi Setahun belakangan ini Rizal sikapnya berubah, perhatianya pun berkurang ,memang dia tidaklah romantis tetapi untuk mengucapkan selamat pagi dan selamat tidur ketika awal-awal pacaran sering Rizal lakuin tetapi untuk sekarang sudah tak pernah dia lakuin,bahkan untuk komunikasi pun harus aku yang mulai duluan,untuk bertemu pun aku harus bikin janji jauh-jauh hari dulu dengan dia, serasa mau bertemu dengan pejabat harus punya janji dulu padahal dia pacar aku,kalau pun sayang pasti bisa untuk menyempatkan waktu untuk melepas rindu.
"Del hari ini sepertinya kita tidak bisa bertemu" Kata Rizal
* Loh kenapa? kan kita udah buat janji untuk bertemu hari ini, untuk hari ini aja please jangan kecewain aku luangin waktu untuk aku * balas ku pada Rizal
"Sorry Del, aku sibuk kerjaan ku banyak jadi tolong pahamin,kita bisa ketemu di lain waktu"
aku hanya membaca pesan terakhir dari Rizal tanpa membalasnya, karena percuma sekuat aku untuk tetap maksa dia buat datang pun percuma dia tetep sama keputusanya lagi pula aku tak ingin ada pertengkaran lagi diantara kita.
Aku pun pulang ke kostan ku, aku tinggal sendiri di kota ini, demi mencari rezeki aku rela berpisah jauh dari kedua orang tua ku, dan sebelum aku bertemu dengan Rizal pun aku sudah terbiasa melakukan apapun sendiri.
Keesokan harinya , tak ada kabar sama sekali dari Rizal , aku hubungin pun tak ada respon kemana kah dia? Sibuk kan? berjuta pertanyaan saling datang dan pergi di pikiran ku , padahal besok adalah hari aniv kita , aku sudah menyiapkan kejutan kecil untuknya ya..meskipun setiap tahun selalu aku yang menyiapkan kejutan buat dia, aku pun berusaha mencari tau keberadaan Rizal pada teman-temanya namun tak seorang pun tahu dimana Rizal berada sekarang. Dengan rasa pasrah akhirnya aku kirim dia pesan semoga saja Rizal nanti membacanya dan bisa untuk datang
* Rizal sayang, nanti malam aku tunggu di cafe musik ya jam 7 , see u dear *
berkali-kali aku cek handphone berharap Rizal membalas pesan ku tetapi tak ada sama sekali, di tempat kerja pun aku jadi gelisah memikirkan acara nanti malam, sampai jam pulang kantor pun Rizal tetap belum membalas pesanku .
jam sudah menunjukan pukul 17.46 masih tetap belum ada tanda-tanda Rizal akan membalas pesan ku .
Sesampainya dikostan aku mulai gelisah dan tak tenang .
*ok..aku akan tunggu sambil siap-siap saja*
aku mempersipakan diri sebaik mungkin , aku mengenakan gaun warna biru langit warna kesukaan Rizal dan tak lupa aku merias wajahku natural saja,karena Rizal tidak suka aku memakai make up terlalu berlebihan.
Setelah semuanya selesai aku kembali gelisah , segala kemungkinan bisa saja terjadi malam ini, tetapi aku mencoba untuk tetap berpikir positif .
Tepat pukul 18.00 aku menuju ke tempat dimana aku bikin janji dengan Rizal, sesampainya di cafe aku mengambil posisi yang sudah aku booking dengan sedikit hiasan balon-balon dan sederet foto-toto kita selama 4 tahun ini, tidak lupa juga kado special yang sudah aku siapkan, senyumku merekah melihat semua ini, tinggal menunggu Rizal datang.
Setengah jam berlalu,Rizal masih belum datang juga tetapi aku masih sabar menantinya. Sudah satu jam aku menunggu tetapi Rizal masih tetap belum datang juga aku pun sudah mulai gelisah,
Aku mulai mengalihkan perhatianku untuk menghilangkan rasa gelisahku pada sekumpulan oramg-orang di area balkon cafe, sepertinya sedang ada acara juga disana .
*Bahagianya bisa kumpul dengan kelurga dan teman-teman, ah aku jadi kangen sama orang tua ku * batin ku
Kusapukan pandangan ku kesekitar orang-orang disana, tertawa dengan lepasnya , namun ada satu sosok yang sepertinya aku kenalin, Rizal ya dia Rizal, sedang apa dia disana? apa dia kesulitan mencari aku? dengan di penuhi rasa penasaran aku bergegas menghampiri Rizal.
Namun langkahku terhenti ketika melihat ada sesuatu yang berbeda, Rizal tertawa dengan lepasnya , sesuatu yang sudah lama tak di perlihatkan Rizal padaku , ada apa ini sebenarnya, rasa penasaran ku pun semakin menjadi tak sabar rasanya aku ingin cepat-cepat menghampir Rizal, tapi tunggu dulu apa yang ada di tangan Rizal? sebuah kotak cincin, tapi untuk siapa ? apa untuk aku?
Tiba-tiba seorang gadis cantik menghampiri Rizal dengan senyumnya yang manis, gayanya yang modis dan perawakan bak model , siapa gadis itu? aku masih memperhatikan mereka di belakang orang-orang yang riuh bertepuk tangan dengan perasaan tak tenang dan bertanya-tanya ,siapa gadis itu sebenarnya? trus ada hubungan apa dengan Rizal?
' Akhirnya Rizal tunangan juga ya sama Inka '
' iyah, padahal Rizal yang dari dulu gak pernah mau sama Inka , tetapi sekarang mau juga , mungkin ini yang di namakan dengan jodoh tak kemana'
'Tapi bukanya Rizal udah punya cewek ya ?'
' kata Inka sih udah putus dari setahun yang lalu gituh'
apaa.. Rizal tunangan? ga, ini pasti mimpi, ga mungkin rizal setega itu sama aku,dan bilang kalau kita sudah putus dari setahun yang lalu,dia pun tak pernah bilang atau pun cerita soal Inka pada ku.
Aku berharap ini mimpi tetapi ini nyata , Rizal memakaikan cincin itu di jari manisnya gadis itu, ingin rasanya aku samperin dan marah-marah kepada Rizal namun akal sehatku masih berfungsi, untuk apa aku melakukan hal semacam itu sama saja aku mempermalukan diri ku sendiri.
Retak hati ini, hancur hati ini , sesak rasanya dada ini menyaksikan secara langsung penghianatan yang dilakukan Rizal terhadap ku, aku pun memutuskan pergi dari tempat ini tak kuat rasanya menyaksikan semua itu, sekuat apa pun aku menahan air mata tetap saja mengalir tanpa aku komando.
Sepanjang perjalanan pulang aku hanya bisa menangis dengan perasaan hancur dan penasaran , tak peduli berapa banyak orang melihatku dan bertanya,
*Rizaaaaalllll kamu jahat, kamu tega sama aku, apa salah aku? * teriakku di sela-sela bisingnya kendaraan yang lalu-lalang malam itu.
Aku kembali ke kostan dan membaringkan tubuh ini dengan air mata masih mengalir dari mata ku, teralu sakit dan hancur. Tiba - tiba handphone ku berbunyi
" Adel sayang maaf ya, hari ini aku sibuk sekali jadi aku baru sempet lihat chat kamu, maaf juga ya aku tak bisa datang ke acara kita,tapi aku tak lupa kalo hari ini hari anniversary kita yang ke 4 tahun, happy anniversary ya sayang"
bisa-bisanya Rizal bilang seperti itu seolah-olah tidak terjadi apa-apa hari ini
*aku tunggu kamu besok jam makan siang di taman deket kantor,ada banyak hal yang harus kita bicarakan ,aku harap kamu bisa datang * balasku pada Rizal
hati ini memang hancur dan retak , tetapi aku tidak boleh dengan keadaan ini, semuanya harus jelas dan selesai.
Keesekoan harinya tepat di jam makan siang aku sudah menunggu Rizal di taman deket kantor,
"Hai Del maaf ya telat, jadin buat kamu nunggu"
*ya... ga masalah sudah biasa juga kan*
Rasanya aku ingin sekali langsung marah-marah padanya namun itu tak akan menyelesaikan masalah yang ada,justru mungkin malah memperburuk keadaan .
"ada apa Del,kenapa kmu sini begitu padaku ?" tanya Rizal
*sekarang tolong jelaskan sama aku,kemana kamu seharian kemaren?*
" kenapa masih bahas yang kemaren,kan aku sudah minta maaf sama kamu"
*aku tanya sekali lagi kemana kamu kamarin Rizal??? * nada bicara ku mulai meninggi karena sudah merasakan kesal dan greget karena Rizal seperti ingin tetap menyembunyikan semuanya dari aku.
" Em.. Aku.. Emm ..itu aku abis nganter mama aku berobat, iya berobat"
Rupanya Rizal tetap mencari alasan untuk tidak jujur padaku,
* oh berobat ya, emang mama kamu sakit apa? ko berobatnya di bawa ke cafe musik?*
Ekpresi muka Rizal mulai berubah dari yang tadinya tenang menjadi gelisah
*kenapa diam?* tanyaku pada Rizal
"kok kamu tahu, tahu dari mana?"
8Aku tak perlu tahu dari siapa pun, karena Allah sendiri yang sudah menunjukan jalannya supaya aku tahu semuanya melalui kedua mata ku sendiri, semalam aku ada di sana, di tempat kamu memakaikan cincin itu pada Inka,dan di tempat dimana kita akan merayakan aniv kita, dengan kedua mata ku pun aku melihat kekasihku,pacarku,orang yang aku sayangin,orang yang sudah menemaniku selama 4 tahun ini bertunangan dengan wanita lain,dan lebih parah lagi kamu bilang kalo kita sudah putus*cecar ku pada Rizal
"Baguslah kalau kamu sudah tahu"
*apa kamu bilang bagus, dari segimananya yang kamu bilang bagus,dari mananya Rizal?*
"aku gak mau nyakitin kamu Del,tapi aku pun ga bisa membohongi perasaan aku sendiri"
* Dengan begini pun kamu sudah nyakitin aku,dengan berubahnya sikap kamu ke aku beberapa waktu ini udah bikin aku sakit,tapi aku coba buat bersabar dan tetap berpikir positif ,sekarang aku tanya siapa perempuan itu?* nada bicaraku mulai ku atur kembali,tak ingin kembali emosi dan menghabiskan waktu terbuang dengan percuma.
"namanya Inka ,dia anak sahabat dari mama ku,awalnya semunya biasa saja ,tak ada sedikit rasa buat dia,karean aku sudah memuliki kamu,namun dengan seiringnya berjalan waktu ,aku sama Inka semakin dekat karena mama ku terus memaksa aku untuk menemani dia ,semakin hari rasa itu mulai ada,aku engga tau sejak kapan ,mama pun mengetahui hal itu dan akhirnya mama memutuskan untuk meminta aku bertunangan dengan Inka" jelas Rizal
*Tetapi mama kamu kan tahu kalau kamu sudah punya pacar,dan mama kamu pun tahu aku,kenapa malah minta kamu buat tunangan sma perempuan lain,apa kamu ga mikirin gimana perasaan aku,gimana hancurnya aku? gimana retaknya aku? kamu ga mikirin kan?*
" iya oke.. disini aku memang salah,aku yang bilang ke mama kalau kita sudah putus,dan aku ga bisa menolak permintaan mama ku,ya karena aku pun menyukai Inka, aku harap kamu ga benci atau marah sma aku "
*ya.. aku paham,tidak sepantasnya aku seegois ini memntingkan perasaan aku sendiri* kata ku sambil menyeka air mata
"aku yakin kamu bisa bahagia tanpa aku "
*aku pasti bisa bahagia ko,seperti kamu yang sekarang sedang berbahagia,tenang aja aku ga benci atau pun marah cuma kecewa aja,tapi biarkan rasa kecewa ini hilang dengan sendirinya meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama*
"itu hak kamu buat ngerasa kecewa terhadap aku, aku terima itu, kamu perempuan baik , kamu pasti akan menemukan laki-laki yang lebih baik dari aku "
*pastinya, karena aku percaya perempuan baik akan di sandingkan dengan laki-laki baik juga, bukan dengan sang penghianat*
aku lihat expresi wajah Rizal mulai terlihat murung seperti ada rasa penyesalan , tetapi aku sudah tak ingin peduli lagi,
Aku pun pergi dari taman itu dengan membawa perasaan yang berkecamuk di dada, tetapi hidup harus terus berjlan.biarkan hati yang retak ini sembuh dengan sendirinya,perlahan namun pasti.
THE END