Sabtu, 25 Juli 2020

Buah hatiku

18 april 2020 aku melaksanakan akad dengan kekasih ku, pesta pernikahan yang aku impikan seakan lenyap karena wabah yang sedang menimpa negeri ini, aku tidak bisa mengalahkan siapa pun dalam hal ini.
Kami hanya melakukan ijab kabul di kua mengikuti protokol kesehatan yang sudah di anjurkan, aku dan kekasih ku sudah berpacaran sekitar 2 tahun, rencana-rencana kedepan untuk membangun rumah tangga pun sudah kita diskusikan termasuk soal anak, kita sepakat tidak akan menunda mengingat umur kita pun sudah di bilng tidak muda lagi.
Aku jalani hari-hari ku seperti biasa namun bedanya sekarang ada yang harus aku prioritas kan, 
Satu bulan menikah aku sudah terlambat datang bulan karena penasaran akhirnya aku melakukan tespeck lmun hasilnya garis satu, mungkin hanya terlambat biasa.
Sebulan lebih aku tak kunjung haid akhirnya aku coba beranikan diri untuk tes lgi dan Alhamdulillah aku positif, betapa senangnya hari itu, aku bakalan jdi ibu 
Setelah cek ke bidan aku sudah 6 minggu mengandung, hanya ucap syukur yng bisa kmi panjatkan sudah di percayakan secepat ini  .
Hari-hari ku setiap pagi mulai mengalami yang namanya morning sicnes , ngidam ini itu, makan bnyk sekalipun itu tengah malam atau pun menjelang dini hari.
Karena suami tidak pernh protes akan hal itu. Setiap hari aku rutin minum vitamin yang di kasih bidan, minum susu untuk ibu hamil, berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga dan memberikan asupan yang bergizi dan penuh nutrisi,aku memang selama hamil muda masih kerja dan jalan sana sini menggunakan motor, terkadang suka merasakan ngilu di perut tapi aku selalu bilang aku kuat, mungkin aku kuat tetapi yang d dalam perut blum lah tentu kuat menghadapi goncangan.
Dan hari itu tanggal 23 juli 2020 ketika di kantor aku merasakan ada yang aneh sama kandungan aku, akhirnya aku cek ternyata ada bercak coklat, kehamilan pertama ini membuat aku belum tau apa-apa .
Sampai akhirnya aku periksa bersama suami ke klinik, bak di sambar peting siang bolong dan di tusuk lebih dari seribu pisau mendengar kabar dari bidan kalau janin ku tidak berkembang, shock sudah pasti, takut pun iya ketika mendengar harus melakukan tindakan kuretase,nmun aku ingin tetap berusaha dalam waktu seminggu, berharap ada keajaiban dan mukzijat dari Allah SWT, selesai periksa aku hanya di beri obat penguat janin selama 5 hari.
Sesampainya d rumah entah apa yang di rasakan hanya bisa menangis dan takut terlebih takut kehilangan.suami terus menguatkan.
Setelah mimun obat makin terasa sakit dan semakin banyak darah yang keluar aku pun semakin takut terjadi sesuatu sama anak ku, 
Keesokan harinya darah itu semakin banyak aku pun berdikusi sma suami dan keluarga ku, akhirnya di putuskan untuk melakukan kuretase, jalan ke klink namun tidak bisa akhirnya minta surat rujukan ke rs terdekat, setelah sampai di rs ternyata tidak bisa di tindak hari ini karena jamnya sudah habis, aku merasa sudah tidak enak jalan pun seperti tidak bisa melangkah,harus pegangan. 
Akhirnya kami pulang dan memutuskan untuk kembali lagi besok pagi, akupun msuk kamar untuk istirahat namun aku merasa sakitnya sudah tidak d perut lagi malah sudah turun ke bawah, aku tak ingin membuat suamiku panik, aku coba untuk bersikap biasa, makan , minum obat kemungkinan minum susu hamil.
Tepat jam 22.53 ketika aku sedang duduk bersama suami, aku merasakan sesuatu keluar yang amat sangat banyak, memang sejak pulang dari rs, aku sudah bolak-balik ke kamar mandi untuk buang air kecil namun yang keluar darah. Aku hanya diam sambil memegangi tangan suami kemudian lngsung ke kamar mandi dan ternyata janin aku keluar, speachless,lemes,sedih jadi satu aku teriak memanggil suami sambil nangis,dunia seakan runtuh melihat janin yang sudah terbentuk sempurna itu ada d telapak tangan aku.semalamn aku menangis keluarga dan suami terus mendampingi aku dan memberikan support.kehilangan itu amat sangat dalam, aku merasa sudah mengecewakan suami dan keluarga ku.
Di saat aku dan suami menangis berdua, d saat itu aku merasakan hal yang selama ini blum aku dapatkan dari suami.aku tau dia pun sedih, tapi dia sembunyikan demi bisa menguatkan aku.
Khusnul 24-07-2020.. nama yang suami berikan untuk anak kita, bahagia di sana ya sayang, doakan mama dan ayah kuat dan sabar menghadapi dan melewati ini semua, sampai ketemu di tempat yang indah wahai buah hatiku. pasti kamu sudah bertemu dengan nenek kamu yang udh di alam sana.ayah dan mama sayang kamu nak 😘.


Note: tulisan ini hanya untuk pengingat kejadian ini, pengalaman yang tak akan pernah bisa di lupakan.

Sabtu, 14 Maret 2020

Jika Jodoh tak akan kemana



Sudah 2 tahun ini gw tinggal di Jakarta, yang kata orang ibu kota yang paling kejam di bandingkan dengan ibu tiri, tapi entahlah gw belum pernah merasakan punya ibu tiri, ayah ibu gw masih lengkap di kampung, namun bukan hal yang mudah juga buat gw tinggal sendirian dan jauh dari kedua orang tua gw.
Gw memutuskan untuk merantau ke Jakarta setelah lulus kuliah di Bandung, awalnya ibu gak setuju namun gw tetap meyakinkan ibu kalau gw bisa dan akan baik-baik aja di kota, dengan berat hati ibu mengijinkan gw untuk berangkan ke Jakarta dengan segudang wejangan yang tentunya harus gw ingat dan jalankan.

2 tahun juga gw kerja di salah satu kator di daerah kuningan Jakarta Pusat sebagai staff administrasi, awal kerja di tempat ini semuanya berjalan biasa aja, dateng ke kantor trus kerja begitu jam pulang langsung pulang, gw pun punya teman yang udah gw anggap sebagai sahabat namanya Elis
Elis ini sebenarnya anak orang berada namun dia tetap mau bekerja dengan alasan mau mencari kesibukan bukan mencari uang. Selain Elis gw punya teman dekat namanya Ilham, gw dan ilham kalau di kantor selayakya seperti karyawan yang lain hanya bertegur sapa jika berpapasan namun komunikasi kami intens, seperti siang ini di sela-sela kesibukan gw kerja Ilham Tetap chat gw
“Dir” sapanya lewat whatsaap
“iya Ilham, kenapa?”
“kamu pulang jam berapa hari ini? Lembur lagi gak?”
Memang beberapa hari ini gw di suruh lembur sama atasan gw karena kerjaan memang lagi numpuk banget
“kayaknya sih masih deh”
“aku temenin ya nanti”
“emang kamu engga ada acara kemana-mana?”
“ada sih, anak-anak divisi aku pada ngajakin ke karaoke, Cuma aku malas  makanya aku ngindar dari mereka”
“hmm ya sudah kalau begitu, nanti ke ruangan aku aja ya”
“oke Dirsay”
“apa tuh Dirsay”
“Dira sayang”
Gw hanya senyum-senyum sendiri melihat balasan dari Ilham, gw dan Ilham sebenarnya menyimpan rasa yang sama yaitu saling sayang namun gengsi kami berdua terlalu besar untuk mengungkapkan perasaan kami masing-masing.
“hayooo lagi chat sama siapa itu senyum-senyum sendiri” Tanya Elis
Tiba- tiba Elis datang dan mengagetkan gw
“iih kepo deh” jawabku
“oke ya mulai rahasia-rahasian gitu sama gw”
Gw hanya tertawa melihat tingkah dia
“oia Dir hari ini lu lembur lagi ya?” tanyanya
“iyap betul, kenapa tuh?”
“tadinya gw mw minta temenin ke mall”
“hmm sayang sekali aku hari ini lembur,” ledek ku
“ya sudahlah”
Elis pun pamit untuk pulang dia memutuskan untuk ke mall dengan Rio, cowok yang ngejar-ngejar Elis tetapi Elis tidak pernah menghiraukannya, katanya sih dia lagi suka sama satu cowok tapi gw pun gak tau itu siapa, gw pun melanjutkan pekerjaan gw supaya cepat selesai.
Di saat gw kerja tiba-tiba gw mencium bau makanan kesukaan gw,
“ kok bau seblak yak” batin gw
Ketika gw noleh ternyata Ilham sudah ada di samping gw membawakan sebungkus seblak,
“ih ini buat aku”Tanya gw kegirangan
“iya dong, biar kamu lemburnya semangat”
“makasih ya”
“iya sama-sama, tapi inget jangan keseringan kamu kan punya maag”
“siap laksanakan bos”
Ilham mengelus rambut gw, rasa itu semakin dalam saja , rasanya tak ingin jauh dari dia, perhatian dia yang membuat gw nyaman dan betah deket-deket dia,
Gw pun melanjutkan pekerjaan gw sambil di suapin seblak oleh Ilham, sesekali gw masih merasa kepanasan untuk memakannya, tapi bukanya gw marah tapi malah ketawa. Akhirnya kerjaan gw pun selesai kita berdua pun bergegas untuk pulang, setiap hari gw ke kantor bawa motor karena jarak dari kontrakan ke kantor ya lumayan sih bisa sih naek busway tapi setiap hari penuh.
“loh motor kamu mana?” Tanya ku pada Ilham
“udah di rumah”Jawabnya
“tadi kamu pulang dulu?”
“engga tadi di bawa sama Rio”
“Rio ? bukannya dia mw nemenin Elis ke mall ya”
“ Elis temen kamu itu?”
“iya”
“gak tau juga deh, tadi pas aku minta tolong bawa motor aku, dia mau-mau aja”
Gw hanya mengaguk-angguk saja
“ya udah yuk” ajak Ilham
Ilham menggandeng gw menuju parkiran di mana motor gw terparkir, rasanya tak mau gw lepasin. Ya tuhan perasaan macam apa ini
“kamu kenapa senyum- senyum sendiri” tiba-tiba Ilham mengagetkan aku
“ah gak kenapa-kenapa kok”
“ke Ancol dulu yuk”ajak Ilham
“ih ngapain ?”
“malam mingguan dong Dira, nyari angin kamu tuh gak pernah kemana-mana kan kalo pulang kerja”
“iya sih”
“jadi gimana?”
“hmm ayuk deh”
“nah gitu dong, lets go”
Gw rasa mala mini tuh malam paling bahagia, memang sih ini bukan pertama kalinya gw jalan bareng Ilham, tapi yang bikin ini berbeda tuh karena gw punya perasaan khusus sama dia.
Sesampainya di pantai itu kita jalan-jalan sambil foto-foto, kemudian kita mencari tempat buat ngobrol-ngobrol. Kita duduk di pasir tanpa alas sama sekali, hembusan angin pantai begitu terasa, di arah kanan masih terdengar jelas teriakan anak-anak yang sedang bermain, pantai ini memang tak pernah sepi meskipun sudah malam.
Sudah sekitar 5 menit kita duduk tapi tidak ada yang bicara , dua- duanya saling diam sibuk dengan lamunan masing-masing.
“Dir”
“iya”
“gak jadi deh”
“lah kok gitu, ada apa?”
“engga kok gak ada apa-apa”
“pamali loh kalo ngomong setengah-setengan”
Ilham diam cukup lama, gw pun membiarkan dia untuk diam dan berpikir
“aku sayang sama kamu Dir”
Tiba-tiba Ilham berbicara seperti itu
“kamu bilang apa ham?”
“aku sayang sama kamu “
“kamu serius?”
“iya serius, udah lama aku suka sama kamu tapi aku gengsi untuk ngucapin itu dluan, tapi Rio bilang cwok yang seharusnya mengungkapkan duluan”
“oh jadi karena Rio kamu mau ngomong begitu” aku berlaga ngambek sama Ilham
“ya engga gitu juga sih, aku harus ngumpulin keberanian buat ngomong kayak gini, karena aku takut”
“takut? Takut kenapa?”
“takut Cuma aku yang ngerasain rasa ini, tapi kamu engga, tapi Rio bilang aku tidak akan tau jawabanya kalo tidak mencoba”
Aku hanya manggut-manggut sambil senyum-senyum
“hey kok malah senyum-senyum gitu, jadi gimana?”
“apanya yang gimana?”
“jawabanya”
“jawaban apa, memangnya tadi kamu ada pertanyaan buat aku?”
Ilham terlihat kesal dan mulai narik nafas dalam-dalam
“oke, aku sayang sama kamu, kamu mau gak jadi pacar aku?”
“hmm gimana ya” dengan wajah yang aku buat sesedih mungkin
“sudah aku duga “
Terlihat kekecewaan di raut muka Ilham, dan membuat gw gak tega buat ngerjain dia
“aku juga sayang sama kamu” aku bisikan kata-kata itu di telinganya
“apa?, coba ulangin”
“engga ada siaran ulang ya”
“ayolah plis plis ulangin lagi”
“aku juga sayang sama kamu, dan aku mau jadi pacar kamu”
“alhamdulilah ya Allah”
Dengan reflek Ilham memeluk gw
“jadi kita resmi pacaran ya”
Gw pun mengangguk
“oia tapi kalo di kantor jangan kayak anak-anak yang pacaran di kantor ya, seperti biasa aja profesional kerja”pinta gw
“siap tuan putri”
Karena malam semakin larut kita berdua pun memutuskan untuk pulang, Ilham ngnterin gw sampai kontrakan, karena motor yang di pakai buat ke pantai itu motor gw, dan Ilham pulang naek ojek online
“kamu langsung istirahat ya sayang ku”
Dengan lagi-lagi Ilham ngelus kepala gw
“oke bos”
Ilham pun pamit untuk pulang.
Rasanya malam ini tak mau berlalu dengan cepatnya.
Hari ini hari Senin, gw gak menyangka jika di kantor ternyata kerjaan sedang numpuk-numpuknya padahal hari sabtu sudah gw kerjain semuanya, sampai-sampai buat ngecek handphone pun tak sempat, jam istirahat pun gw pakai buat mengerjaan tumpukan kertas di atas meja, ajakan untuk makan siang dari teman-teman gw pun gak ada yang gw hirauin.
Sekitar pukul 13.00 gw baru senggang dan bisa mengecek handphone, ternyta banyak sekali panggilan tak terjawab dan notif wa dari Ilham
“ Pagi Dira sayang”
“semangat untuk hari ini”
“sayang kok gak bales?”
“aku tadi lewat  ruangan kamu, kayaknya lagi sibuk”
“sayang makan siang yuk, udah istirahat nih”
“Dir aku tunggu di kantin ya”
“sayang aku makan siang sama temen kamu nih si Elis”
Dan banyak lagi chat dari dia
“hay Dira”sapa Elis sambil senyum-senyum kegirangan
“kamu kenapa Lis kok kayak seneng gitu sih”
“coba tebak aku tadi makan siang sama siapa?”
“sama Rio?”
“ah kok dia sih, gw mau jalan sama dia kalau lu gmw nemenin gw, istilahnya selir lah  ya”
“ Ih parah banget lu lis, kasina tau Rio, dia itu sayang banget sama lu”
“ah biarin aja, ih tebak dong sama siapa”
“gw gak tau, emngnya sama siapa?”
“Ilham, anak IT yang udah dari dulu gw taksir”
“Ilham? Ilham yang mana?”
“ih lu tuh, emng Ilham anak IT ada berapa, kan Cuma satu Ilham Bastian, aduh senengnya, udah lama loh gw suka sama dia”
Bagai tersambar petir di siang bolong, kaget bukan main kalau ternyta cowok yang di sukai Elis itu adalah Ilham pacar gw sendiri, bagaimna ini
“oh yang itu ya”
“iya, pokoknya gw harus bisa dapetin dia Dir, tapi kira-kira dia udah punya pacar belum ya?”
“emng tadi gak ngobrol-ngobrol?”
“gak sempet soalnya gw sibuk mandangin muka dia yang manis”
“tapi ah bodo amat kalau pun dia udah punya pacar, gw bakal berusaha buat bisa dapetin dia, ywdah deh gw balik kerja dlu ya, bye”
“iyah bye juga”
Sekarang apa yang harus gw lakuin, Ilham pacar gw, dan Elis itu sahabat gw, Elis orang pertama yang mau beteman dengan gw ketika gw masuk ke kantor ini, tapi gw pun sayang sama Ilham.
“Ilham”
“Akhirnya, kamu ada bales pesan aku, kemana aja sayang?” balas Ilham
“hehe iya tadi aku lagi banyak kerjaan”
“udah makan siang kan kamu?”
“Belum sih”
“kok belum sih”
“nanti aja jam pulang kantor, seklian ada yang mau aku bicarain sama kamu”
“apa tuh, kok kayak serius banget”
“iya nanti aja ya”
“hmm Yasudah”

Jam pulang kantor pun tiba, ge sengaja bilang sama Elsa kalau gw hari ini lembur lagi, padahal gw mau ketemu sama Ilham
“Dira, kamu ngapain sendirian disini?” Tanya Ilham
Gw memutuskan menunggu ilham di dekat tangga darurat, yang jarang sekali orang mau lewat sini kecuali jika liftnya sedang rusak atau sedang perbaikan dan kebetulan Ilham Pasti lewat sini untuk memeriksa jaringan sambil lewat untuk sekalian pulang
“ada yang mau aku bicarain sama kamu”
“ada apa sih, serius banget kayaknya”
“kamu tau Elis kan”
“Elis, temen kamu yang tadi siang makan bareng aku kan?”
“iya”
“kenapa dengan dia”
“dia , dia suka sama kamu”
“ya terus kalo dia suka sama aku , aku juga harus suka sama dia, kan engga”
“tapi dia sahabat aku, dia udah baik banget sama aku, aku mau liat dia bahagia”
“maksudnya kamu apa?”
“aku mau kamu sama dia”
“kamu bercanda pasti”
“engga Ilham , aku gak bercanda”
“terus kamu mau liat sahabat kamu itu bahagia sedangkan diri kamu sendiri engga, bagaimna sih jalan pikiran kamu itu, aku tau kamu itu tipe orang yang gak enakan, tapi plis Dira untuk hal ini jangan”
“dia udah baik banget sama aku ham”
“dengan mengorbankan kebahagiaan kita?”
“aku yakin kok jika kita berjodoh, kita akan bersama lagi”
“aku yang malah jadi ragu sama kamu, jangan-jangan kamu engga bener-bener sayang sama aku”
“aku sayang sama kamu”
“kalau sayang engga kayak gini Dira”
“tapi aku mau sahabat aku bahagia dengan orang yang dia sayang”
“ok baik kalau itu yang kamu mau, aku penuhin puas”
Ilham pun pergi meninggalkan gw sendirian, sekarang hanya air mata yang menemani gw, apakah keputusan gw ini salah.
Hari –hari pun berjalan seakan cepatnya, gw dan Ilham sudah tidak lagi berhubungan baik hanya bertegur sapa di kantor atau lewat whatsaap, kalau pun bertemu di kantor kami seakan akan saling tidak mengenal, dan yang gw dengar kabarnya kalo Ilham dan Elis sudah dekat, sering makan bareng, pulang bareng bahkan jalan bareng, di sisi lain gw senang tapi gw pun sakit.
Hari ini di kantor banyak sekali terjadi masalah dengan jaringan, ge berharap pc di meja gw gak ikutan ngadat, tapi ternyata gw salah pc gw ikutan trouble, tadinya gw enggan buat ke ruangan IT, gw berpikir kerjakan nanti malam saja di kontrakan tapi kan setelah pulang kantor gw harus ke café untuk kerja lagi.
Setelah kejadian di tangga darurat itu gw memutuskan untuk double job, supaya mengurangi rasa sepi dan sedih gw, dengan berat hati gw pun memutuskan untuk ke ruangan IT toh yang kerja di IT bukan Cuma Ilham, bisa minta bantuan ke yang lain, tetapi lagi dan lagi gw salah Cuma Ilham yang mejanya kosong dari para pekerja yang lain,
“Dir, pc lu ngeheng juga”Tanya Rio
“eh iya nih, tolong dong kerjaan gw lagi banyak” jawab gw
“sama Ilham aja tuh, dia lagi kosong”
“lu masih lama ya”Tanya gw
“iya nih, baru aja mulai”
“oh oke deh”
dengan berat hati gw nyamperin Ilham yang dari tadi memang sudah memperhatiin gw, gw pun duduk di samping dia
“ham pc aku hang”
“iya gw udah tau” jawab Ilham
Sakit rasanya di sinisin Ilham seperti ini, tapi ini resiko yang harus gw ambil
“coba lu masukin usernya”
Gw pun menuruti apa yang di suruh Ilham, dari sudut mata gw , gw tau Ilham merhatiin gw dalam
“ok sudah” kata gw
Kemudian Ilham mengecek ulang kembali
“pc lu udah bener”
“ok makasih “
Gw pun beranjak dari kursi dan kembali keruangan gw, baru saja gw duduk tiba-tiba Elis dateng ke meja gw
“lu ngapain minta benerin pc ke Ilham”
“kok dia tau “batin gw
“kan Cuma Ilham yang kosong”
“kan bisa nunggu yang lain aja, tadi gw ksana buat benerin pc gw malah ada lu, jangan-jangan lu mau ngerebut Ilham dari gw ya”
“ya ampun Elis Cuma gara-gara itu kok sampe tega  nuduh gw begitu”
“udah deh pokoknya gw gak mau liat lu deket-deket sama Ilham”
Elis pun pergi Cuma Cuma bisa bersabar
Yang seharusnya menjauh dari Ilham tu lu Lis, Ilham tuh cowok gw,
Bulan demi bulan berlalu, dan sekarang tepat satu tahun gw dan Ilham berpisah, hubungan gw dan Elis pun tidak sedekat dulu lagi, gw pun gak tau apa mereka sudah berpacaran atau belum rasanyan aku tak ingin tau dan tak ingin peduli, gw isi hari-hari gw dengan kerja dan kerja, pulang kerja di kantor gw melanjutkan kerja gw di café sebagai kasir, bukan masalah gaji gw kurang, namun gw ingin menyibukan diri supaya tidak terlalu terbawa suasana hati yang jujur saja masih sulit melupakan Ilham.
Hari ini badan gw rasanya berbeda dari biasanya, lemas dan ngilu dari sekujur tubuh, tapi gw harus tetap kerja, bawa motor pun gw Cuma bisa pelan-pelan karena takut terjadi sesuatu.
Sesampainya di kantor gw Cuma duduk lesu di meja gw, rasanya tak sanggup melihat tumpukan kertas yang harus gw kerjakan hari ini.
“lu kenapa Dir”sapa Indra
Indra adalah teman seruangan Ilham, dia adalah pengganti Rio, Rio sudah 2 bulanan resign dari kantor
“biasalah kena wabah penyakit rakyat” jawab gw sambil senyum
“yaudah lu istirahat aja jangan maksain buat kerja, tambah parah nanti”
“ok”
Indra pun pergi, Elis yang biasanya perhatian sama gw sekarang Cuma lewat saja menyapa pun tidak, ah rasanya tak sanggup lagi
Gw memutuskan untuk pulang terakhir, menunggu jalanan tidak macet.
Berjalan ke parkiran pun berat banget, di tambah pusing yang menyerang kepala gw, andai gw dan Ilham
“ah apa sih Dir,hapus khayalan itu” bating w
Dengan susah payah gw sampai ke motor kesayangan gw terparkir, gw mencoba untuk jalan pelan-pelan namun keseimbangan gw tiba-tiba engga stabil dan gw pun terjatuh, tidak ada orang disini, mau teriak pun tidak ada yang dengar,
Ilham, Elis dan teman-temannya lewat dan melihat gw terbaring tertindih motor, Indra langsung menghapiri gw, mata Gw dan Ilham dengan tidak sengaja saling beradu pandang.
“lu gpp Dir, kok bisa jatoh sih” Tanya Indra
Gw hanya tersenyum mendengar pertanyaan Indra
Ilham sama sekali engga nolongin gw, dengan kuatnyan Elis menggandeng Ilham untuk cepat berlalu
“ywdah yuk pergi, ngapain ada dsini” kata Elis
Dan Ilham pun mengikuti apa kata Elis
“ternyata mereka memang sudah berpacaran” batin gw
“lu bisa berdiri kan Dir”
“punggung sama kaki gw sakit dra, tapi gw coba pelan-pelan”
Saat gw sedang berusaha untuk berjalan, Indra malah hilang keseimbangan dan jatuh, gw pun jadi ikutan jatuh, teriakan gw semakin kencang, karena punggung gw semakin sakit
Ilham reflex nengok kebelakang dan lari mengampiri gw
“Dir kamu gpp?” Tanya Ilham
“punggung aku ham sakit banget, tolong” jawab gw
“Ilham kamu ngapain sih disitu, ayuk katanya mw makan di mall” teriak Elis
“sorry Lis gw gak bisa, gw harus nolongin Dira”
“Kamu pergi aja sama Elis ham, aku gpp kok, ada Indra yang nolongin aku”kata gw
“cukup Dir, udah cukup kamu nyakitin diri kamu sendiri selama setahun ini”kata Ilham
“maksud kalian apa?” Tanya Elis
“gw harus bawa Dira ke rumah sakit”
Ilham pun membawa gw ke rumah sakit, jujur rasa sakit di punggung dan kaki sedikit hilang karena ada Ilham yang mendampingi gw, gak menyangkal kalo gw masih sayang sama Ilham,sesampainya di Rumah sakit gw langsung di tanganin dan di perbolehkan pulang dan di rawat di rumah saja, sesampainya di kontrakan Ilham membantu gw untuk ke tempat tidur,
“sekarang kamu istirahat ya” kata Ilham
Gw pun Cuma bisa mengangguk lemah
“aku akan temenin kamun sampai kamu tertidur”
Tiba-tiba gw menangis
“kamu kenapa nangis, ada yang sakit? Bilang sama aku mana yang sakit”
“aku kangen sama kamu”
Kata-kita itu dengan mudahnya keluar dari mulut gw
Ilham hanya tersenyum terharu dan langsung memeluk gw erat,
“aku lebih lebih kangen sama kamu, selama setahun kita berdua menyakiti satu sama lain, tiap hari aku merhatiin kamu berharap aku dan kamu bisa kayak dulu lagi”
Gw pun makin menangis di pelukan dia
“menangislah sayang, di balik ketegaran kamu aku tau kamu rapuh”
Ilham pun semakin erat memeluk gw, seakan-akan kami tak ingin di pisahkan oleh apa pun.
“oia aku mau nanya sama kamu, dari pulang kantor kamu kemana kenapa setiap hari pulang malam”Tanya Ilham
“kok kamu tahu?”
“kan aku sudah bilang, aku sering ngikutin kamu dari pulang kantor, tapi di ujung gang saja selalu saja berpisah,aku tungguin di gang depan kontrakan kamu ternyata jam 11 malam kamu baru pulang, dan itu terjadi setiap hari”
“aku kerja di café sebagai kasir”
“kamu doule job” Tanya ilham sambil melepaskan pelukan kami
Gw hanya mengangguk
“tapi kenapa?, gaji kamu kurang?”
“bukan soal gaji, tapi buat mengusir kesepian aku”
Ilham kembali memeluk Dira
Dilain Tempat Elis sedang kesal pada Ilham dan Dira
“Elis”
“Rio, lu ngapain disini?”
“gw lg jalan-jalan aja”
“lu sendirian, Ilham kmna”
“di rebut sama Dira”jawabnya sinis
“Dira?, yakin lu di rebut sama Dira, bukan lu yang rebut Ilham Dari Dira?”
“maksudnya?”
“lu inget gak awal lu bilng kalo lu suka sama Ilham, gw udah bilang kalau Ilham itu udah punya Pacar, tapi apa tanggepan lu, masa bodo kan, begitu Dira tau lu suka sama Ilham dia rela mutusin Ilham Demi lu, yang dia anggap sebagai sahabat baiknya, dia pengen liat lu bahagia”
“ah jangan ngarang lu”
“lah ngapain gw nagrang, gw tau kapan Ilham nembak Dira, gw tau kapan Dira mutusin Ilham”
“terus kenapa Dira gak jujur sama gw kalau Ilham itu pacarnya”
“ah lu gimana dah, lu temenan sama dira udah lam, lu tau tipekal cewek kaya Dira itu gimana, dia orangnya gak enakan, apapun bakal dia lakuin demi sahabatnya bahagia, tapi lu malah jauhin dia, musihin dia”
“jadi selama ini gw yang udah nyakitin Dira?”
“kalo lu sadar sih iya”
“terus gw harus gimana sekarang”
“ya lu minta maaf lah”
“apa Dira Bakal Maafin gw”
“ah cemen, di coba aja belum”
“coba telponin Ilham dong, mereka dimana”
“ya di kontrakan lah pasti”
“engga engga, gw takut mereka di rumah sakit, soalnya tadi Dira abis jatoh dari motor”
“hah jatoh dari motor? Ok bentar bentar”
Rio pun mencoba untuk menelpon Ilham
“hallo ham, lu dimana?, oh di kontrakan Dira, gw kenasa ya sama Elis , ok ok”
“gimna Rio?”
“mereka ada di kontrkaan Dira”
“ywdah yuk kita kesana”
Dikontrakan Dira, Ilham Baru saja menerima telp
“telp dari siapa ?” Tanya Dira
“dari Rio, katanya dia sama Elis mau kesini”
“Elis? Kalau dia mau kamu gimana?”
“kamu tenang ya, apa pun yang terjadi aku akan tetap memilih kamu”
Ilham mencoba menenangkan Dira, Ilham tau betul kalau dira saat ini ketakutan kehilangan Ilham untuk yang kedua kalinya.
“assalamualaikum”
“waalaikumsalam, tuh mereka sebentar ya aku kedepan dulu” kata Ilham
Gw hanya mengangguk
“Rio apa kabarnya lu”
“baik ham, eh gimana Dira, gw denger dari Elsa dia jatoh ya”
“kondisinya sih lumayan Cuma suka tiba-tiba kesakitan di bagian punggungnya”
“ham, gw boleh ketemu Dira gak?” Tanya Elis
Ilham dan Rio saling berpandangan, dan Rio pun menganggunk tanda Ilham harus mengijinkan Elis untu bertemu dengan Dira.
“Dira ada di kamarnya, lu masuk aja”kata Ilham
Elis pun mengikuti Ilham menuju kamar Dira
“Dira”
“Elis”
Mereka pun saling berpelukan, selayaknya sahabat yang sudah lama tidak bertemu
“gw minta maaf ya Dir, gw gak tau kalau Ilham itu cowok lu, lagi kenapa lu gak jujur dari awal sama gw”
“ sebelum lu minta maaf pun, gw udah maafin lu El”
“pantesan aja Ilham itu gak pernah mau gw ajak buat pacaran, ternyata hatinya Cuma buat lu” kata Elis
Gw pun Cuma tersenyum
“mulai sekarang gw lepasin Ilham buat kembali ke cinta sejatinya.
1 tahun kemudian, gw dan Ilham merencanakan untuk menikah, hari besar dan bersejarah dalam hidup gw pun sudah di depan mata, rasa haru dan bahagia pun gak bisa gw ucapkan lewat kata-kata. Keluarga besar gw dan Ilham berkumpul di kediaman ibu gw di Bandung,dan Elis pun turut hadir di pernikahan gw di temani oleh Rio
“selamat ya Dira dan Ilham, akhirnya kalian Nikah juga”kata Elis
“makasih ya Elis, kamu kapan nih nyusul” kata gw
“doain ya guys biar gw sama Elis cepet nyusul kalian” kata Rio
“hah jadi kalian”
Elis dan Rio pun kompak mengangguk
Gw dan ilham ikut senang untuk hubungan mereka berdua,
Perjalan hidup gw dari awal merantau memanglah tidakmmudah, luka liku kehidupan pasti bakaln ada, juga tentang cinta, cinta yang dlu gw korbankan tenyta sekarang jadi jodoh gw, berate tidak salah bukan jika gw bilang jika jodoh tak akan kemana.



THE END






Selasa, 26 Maret 2019

BOSKU JODOHKU

BOSKU JODOHKU

“Din… Dinda, bangun kamu anak gadis jam segini kok belum bangun nanti kamu terlambat kerja, gimana mau dapet jodoh kalo bangunnya siang terus”
Kata-kata itulah sarapan pagi gue, dia nyokap gue bisa di bilang alarm alami gue setelah alarm handphone yang kadang gak manjur buat gue cepet untuk bangun, tetapi kalau nyokap gue udah bangunin dengan di tambahin wejangan-wejangan seperti tadi tuh kayak  lagi tengah hari bolong di siram air es rasanya nyess gitu nyelekit duh…
“ iya mah, Dinda udah bangun, mama bisa gak sih tiap pagi gak usah bilang begitu, lama-lama kuping Dinda pegel, bukan Cuma hati Dinda nanti yang baper tapi kuping juga” oceh ku sambil ngeloyor pergi ke kamar mandi.
“ Makanya bangun sendiri, jangan di bangunin terus, harusnya sebelum kerja kamu bantuin mama dulu di dapur, ini mah malah tidur terus”
Nyokap gue masih tetap ngoceh, tapi karena udah kebal rasanya sih ini kuping jadi gak pernah eh bukan gak pernah sih tetapi jarang gue dengerin. Setelah selesai mandi dan sarapan gue bergegas pergi ke tempat kerja di temanin motor kesayangan gue si cacan, eits tidak lupa pamit  sama kucing kesayangan gue  si Chiro.
Gue kerja di sebuah percetakan sebagai editor, sebenernya bisa di bilang salah jalur sih tetapi namanya rezeki kan gak ada yang tahu, tetapi gue nyaman disini selain orang-orangnya yang humble pekerjaannya pun gue rasa tidak teralu rumit karena kita tim bukan individu.
“ Pagi neng Dinda “ sapa mang ujang , dia adalah security di tempat gue kerja
“ pagi juga mang, udah ngopi belum mang ?” canda gue
“belum euy neng, gajian can turun” jawab dia sambil senyum terkekeh
“ aduh si mamang mah , nih mang buat beli kopi sama gorengan mayan dari pada iseng”
“wah hatur nuhun pisan atuh neng, bageur pisan ih, mamang doain biar cepet dapet jodoh ya Aamiin”
“Aamiin mang, makasih loh buat doanya, ya udah mang, Dinda masuk dulu ya”
mangga neng
Mang ujang itu keturunan sunda, ngomongnya pun masih suka di campur antara sunda dan betawi, untung gue ngerti karena nyokap gue berasal dari Bandung.
“eh Din lu tau gak anaknya bos kan di pindahin ke sini dari pusat”
“ya ampun Dil , gue baru sampe loh duduk juga belom udah ngerumpi aja “
Dia Dila temen satu kerjaan , gue sama Dila cukup lumayan deket apalagi setelah gue comblangin dia sama Roni, kadang dia sering nyariin gue cowok karena katanya kasian ngeliat gue jomblo terus padalah gue sendiri biasa aja sama status gue ini,
“ iih seriusan Din , kan kalo lu udah punya cowok kita bisa jalan bareng, double date gitu”
“ pengen banget ya double date” ejek gw
Tiba-tiba Roni dateng
“kalian lagi pada ngomongin apaan sih”tanyanya
“ini loh yank, kan anaknya bos pindah nih kesini, gimana kalo kita comblangin mereka biar kita bisa doule date gituh”
“ih kamu nih apa-apaan sih, gak gak usah comblangin Dinda kayak gituh, apalagi sama cowok yang belum kenal”
“ya kenalan dulu dong”
“aku bilang gak usah ya gak usah”
“aduuuhh kalian ini apa-apaan sih kok malah berdebat disini sih, udah sana kalian balik ke meja kalian masing-masing deh, pusing kepala gue dengerin debatan kalian berdua” oceh Dinda
Akhirnya Dila dan Roni pergi dari mejanya Dinda
“kamu tuh kenapa sih setiap aku mau comblangin Dinda selalu gak boleh” Tanya Dila
Tetapi Roni tidak menjawab pertanyaan dari Dila.
Hari pun berlalu cepat , sebentar lagi jam pulang ,Tiba-tiba handphone Dinda berbunyi , ternyata ada chat dari Roni
“Roni Whatsaap ada apaan tuh anak, padahal tinggal samperin aja pake segala chat” batin Dinda
“ Din , aku mau ngomong sesuatu sama kamu, kita bisa ketemu di café taman deket rumah kamu sehabis maghrib nanti?”
“ngobrol tentang apa Ron? Gak bisa sekarang aja gitu di kantor” Tanya Dinda
“ Gak bisa Din, ini terlalu pribadi”
“ya sudah kalau begitu, tapi Dila ikut kan?”
“engga Din, kamu juga jangan bilang Dila kalau aku ngajak kamu ketemu ya, pliis”
“ok baiklah”
Aku pun bergegas pulang , karena jika terlalu lama di kantor keburu jalanan semakin macet, sesampainya di rumah aku menyempatkan diri untuk mandi , setelah selesai siap-siap aku jalan menuju taman tempat janjian aku sama Roni.
“mana Roni,jam segini belom dateng juga “ batinku
Karena sudah setengah jam berlalu dari jam janjian kita, emang gak pernah berubah dia dari dulu pasti saja ngaret, dari kejauhan aku melihat sosok laki-laki yang berlari menuju ke arah ku, tak salah lagi itu pasti Roni
“ Sorry Din , udah nunggu lama ya?” tanyanya sambil terengah-engah karena mungkin capek lari-larian
“dari mana aja sih lu, udah setengah jam gw nungguin”
“iya Din sorry, tadi gw nganterin Dila dulu trus kejebak macet”
“tau macet , kenapa ngajaknya abis maghrib kenapa ga nanti aja coba”kesalku
“udah to Din, marah-marah aja”
“ya udah sekarang mau ngomong apa?, soal Dila?” tanyaku
“ish Din bentar gw butuh nafas ini’
“oke…oke..”
Suasana pun hening karena diantara kita tidak ada lagi yang berbicara , hanya terdengar alunan music dari café tersebut
“udah belum” tanyaku pada Roni
“ih lu gak sabaran banget” tangan Roni yang sembari mengacak-ngacak rambut gw
“ih apaan sih lu, bukanya ga sabaran gw udah ngantuk ini” desak ku pada roni
“ok oke putri cantik” katanya sambil senyum terkekeh
“putri cantik, itu kan panggilan pas kita lagi kuliah dulu, kok Roni manggil gw seperti itu lagi” batin gw
“gini Din, sebenernya gw udah lama pengen ngomong ini sama lu jauh sebelum gw jadian sama Dila, tetapi tiba-tiba lu jodoh-jodohin gw sama Dila yang bikin dia kebaperan sendiri” tukasnya
“kebaperan sendiri, maksudnya?” tanyaku
“sebenernya gw gak ada rasa sama sekali sama Dila Din” lirihnya lagi sambil kepalanya menuduk
“ apa gak ada rasa, terus kenapa lu tembak dia kalo emang lu gak ada rasa sama dia”
“ karena gw gak mau bikin lu kecewa, gw liat lu bahagia pas bilang kalo Dila suka sama gw”
“Terus selama ini cewek yang lu sayangin itu siapa?” tanyaku pada Roni
Dia tidak menjawab , suasana kembali hening gw mencoba kasih waktu untuk Roni jujur siapa sebenernya cewek yang dia sayang, kasian Dila jika harus merasakan cintanya tak terbalas
“lu mau tau siapa cewek yang selama ini ada di hati dan pikiran gw?” tanyanya
“ya, gw mau tau..emng siapa?”
“cewek itu sekarang ada di dekat gw Din”
Secara otomatis gw tengok kanan dan kiri, tapi gw gak melihat ada cewek yang duduk sendirian kebanyakan mereka duduk bersama pasangannya
“ yang mana Ron, coba tunjukin sama gw, dia ada di sebelah mana?”
“dia duduk di sebelah gw”
Gw kaget akan perkataan Roni, yang artinya cewek itu gw
“maksud lu itu gw Ron, ah jangan becanda “
“engga Din, gw gak bercanda, cewek yang selama ini gw sayang itu Cuma lu bahkan dari semenjak kita kuliah dulu”
“apa, dari jaman kuliah?”
“iya Din, gw gak cukup punya banyak keberanian untuk mengungkapin semuanya, gw pikir bisa terus di deket lu aja itu udah cukup, tapi ternyata engga”
“ayolah Ron, kita udah temenan lama masa mau di nodai sama perasaan kayak gini”
“gak ada yang minta Din gw jatuh cinta sama siapa, ini murni dateng sendiri”
“plis Ron lupain perasaan itu”
“udah gw coba Din , dengan cara gw jadian sama Dila, tapi tetep aja gak bisa, Cuma lu yang selalu gw pikirin”
Jujur disini gw bingung, gak tau harus bersikap seperti apa, di lain sisi Roni sahabat gw, gw gak mau menyakiti dia , tetapi Dila juga teman gw
“Din.. Dinda”
“eh… iya kenapa Ron”
“lu kenapa bengong?”
“gak apa-apa Ron, gw Cuma lagi mikirin semua ini, cukup rumit juga”
“kalau lu mau jadi cewek gw, gw siap ninggalin Dila”
Gw  belom sempat menjawab permintaan Roni tiba-tiba Dila dateng dan langsung marah pada Roni
“oh… jadi ini yang kamu bilang urusan penting, ketemuan sama Dinda dan kamu nembak Dinda jahat banget kamu ya Ron, dan lu Din gw gak nyangka, lu kan yang nyomblangin gw sama Roni tapi kenapa lu sendiri yang nusuk gw dari belakang” hardik Dila
“engga gitu Dil, ini gak sama apa yang lu liat”
“udah deh Din, jangan so baik di depan gw, bilang aja karena lu gak laku-laku jadinya cowok temen lu sendri lu embat , iya kan”
Roni tidak berkata sedikit pun, padahal dia yang memulai ini semua
“sebaiknya lu Tanya sendiri sama cowok lu apa yang sebenernya terjadi”
Gw pun berlalu pergi, dan gak mau lagi ikut campur atas masalah mereka berdua
Setelah kejadian malam itu semuanya jadi serba tidak nyaman, hubungan gw dan Dila pun menjadi tidak baik , gw gak tau penjelasan seperti apa yang di berikan Roni padanya, yang gw liat Dila seperti membenci gw, kalo Roni… Ah dia tetap saja masih mengejar-ngejar gw meskipun gw jaga jarak terjadapnya. Seminggu berlalu kabar yang gw denger pun Dila dan Roni putus dan itu gw denger dari gosip anak-anak kantor
“ tau gak si Dila sama Roni kan putus”
“kok bisa, padahalkan mereka pasangan serasi ya”
“gara-gara Dinda katanya sih, yang ngerebut Roni dari Dila”
Whaatt gara-gara gw… jujur gw kaget banget denger gosip itu, sepertinya gw harus bicara sama Dila dan Roni
“Din.. Dinda”
“ah iya pak , ada yang bisa saya bantu” tiba-tiba suara pak Raffi mengagetkan gw
“kamu mau kerja atau mau bengong” tanyanya
“iya pak maaf” kataku lirih
“ya sudah, kamu ikut saya metting
“tapi pak, saya kan bukan sekretaris bapak”
“sudah ikut saja”
“baik pa”
Gw pun mengikuti maunya Pak Raffi,padahal gw bukan sekretaris dia,mana gw tau tugasnya apa saja,tetapi wait kenapa malah ke café deket taman bukan ke tempat meeting, mau kemana sebenarnya ini
“hmm maaf pak ,ini kita meetingnya disini?” Tanya gw
“kita makan dulu sambil ngobrol ,hari ini tidak ada meeting”
“tapi tadi bapak bilang”
“sudah ikut saja, saya kan atasan kamu”
“baiklah pak”
Suasanya memang serba tidak enak, secara makan siang dengan atasan yang notabennya tidak ada hubungan kerja sama sekali
“saya sudah dengar gosip di kantor tentang kamu”
Hampir saja gw tersedak karena kaget pak Raffi berkata seperti itu
“gosip? Gosip apa pak?” Tanya gw pura-pura tidak tahu
“gosip tentang kamu yamg menjadi penyebab Dila dan Roni putus”
“ya tuhan tenyata gosip itu sudah menyebar ke mana-mana bahkan atasan gw pun tau” batin gw
“hey…ko malah melamun”
“ah iya maaf pak” jawab gw sambil menundukan kepala, jujur gw malu sama gosip itu , padahal mereka tidak tahu bagaimana cerita sebenarnya
“memang benar kamu seperti itu?”
“mereka hanya bisa mendengar dari satu pihak , tanpa tahu masalahnya sebenarnya”
“jadi cerita sebenarnya bagaimana?”
Akhirnya gw ceritakan semua kejadian sebenarnya, tanpa dilebih-lebihkan dan di kurang-kurangkan.
“hmm..jadi seperti itu ceritanya”
“ya begitulah pak, aku sendiri bingung bagaimana menyikapi masalah ini,awalnya aku mencoba untuk cuek terhadap gosip itu, tapi lama kelamaan ini kuping dan hati tidak tahan juga”
“terus solusi kamu untuk masalah ini apa?”
“tadinya aku berpikir untuk resign dari kantor”
Pak Raffi malah tertawa mendengar solusi gw, kenapa coba , apa ada yang salah?
“ Dinda kalau kamu keluar dari kantor, bukan menyelesaikan masalah tapi kamu malah membenarkan gosip itu, karena kamu di anggap kalah , yang ada Dila kesenengan “
“terus aku harus bagaimana pak?”
“saya mau kok bantu kamu”
“bantu?”
“iya”
“bagaimana caranya pak”
“kamu jadi pacar saya…”
Gw kaget dan gak bisa jawab apa-apa
“emm maksud saya jadi pacar pura-pura saya,dan kamu harus mau bersandiwara di depan mantan tunangan saya kalau kamu adalah calon istri saya, bagaimana”
Fiuhhh, lega rasanya kirain beneran jadi pacarnya pak Raffi, bukanya gak mau sih sama dia ,belum nemu chemistrynya aja karena baru kenal juga,lagian gak mungkin juga seorang bawahan jadi pacar atasannya, bagaikan langit dan bumi jauh sekali perbedaanya
“bapak yakin?”
“yakin,kenapa kamu gak mau?”
“emm..iya pak mau kok”
“baguslah, jika di kantor bersikap seperti layaknya orang pacaran tapi jangan over juga,biasa saja,ya sudah saya minta nomor hp kamu”
Hari pun beranjak malam, kita memutuskan untuk pulang, dan gw diantarkan oleh pak Raffi. Di mobil pun tidak banyak obrolan ,masing-masing fokus pada pikiranya masing-masing.
Pak Raffi mengantarkan gw sampai depan pintu, kebetulan nyokap gw yang membukakan pintu,meraka pun saling berkenalan , pak Raffi pun langsung pamit karena hari sudah larut malam
“itu siapa Din?” Tanya nyokap
“itu bosnya Dinda mah”
“bos apa pacar”
“ih mama”
“pacar juga gak apa-apa Din, ganteng kok dan kelihatanya baik orangnya”
“mama apaan sih, kayaknya gak mungkin seorang bawahan pacaran sama atasannya “
“ya kalo namanya jodoh gak ada yang gak mungkin Dinda”
“ah mama ,itu mulu deh yang di bahas” jawab gw seraya ngeluyur masuk ke kamar
“Dinda inget umur mu udah berapa,mama sama papa udah pengen punya cucu” teriak mama
“mama selalu saja begitu”
Semenjak gw di khianati sama pacar gw , rasanya sulit untuk kembali membuka hati untuk laki-laki lagi,bukanya trauma tapi gw pengen lebih selektif aja memilih calon pendamping hidup buat gw.
Malam ini berlalu seperti biasanya, pagi pun datang dan seperti biasanya gw bersiap untuk pergi kerja, rasa males pun melanda ketika gw inget akan gosip itu , namun mau tidak mau ini udah jadi kewajiban gw untuk tetap bekerja.
Sesampainya di kantor seperti biasa orang-orang tetap melihat gw dengan tampang sinis ,tetapi gw coba untuk bersikap biasa saja, ketika di kamar mandi gw bertemu dengan Dila.
“Dil gw mau bicara”
“sorry gw gak ada waktu ngomong sama teman yang makan teman”
“sebentar saja Dil”
“lu ngerti bahasa Indonesia gak sih, gw bilang gak bisa ya gak bisa,gak usah maksa”
“5 menit saja ,gak akan lama kok”
Namun Dila tidak menghiraukan permintaan gw,dia tetap pergi tetapi sebelum dia membuka kamar mandi gw beranikan diri untuk bilang ini
“gw udah jadian sama pak Raffi Dil”
Dila pun langsung berhenti dan membalikan badan
“apa lu bilang?”
“ya gw udah jadian sama pak Raffi”
“terus Roni bagaimana? Lu mau mempermainkan Roni setelah lu rebut Roni dari gw”Tanya Dila
Kok Dila bilang seperti itu, sebenarnya dia tahu masalah yang sesungguhnya gak sih
“tunggu .. tunggu ,mempermaikan?,siapa yang gw permainkan”
“ya Roni lah, lu rebut Roni dari gw, karena lu juga suka kan sama Roni”
“kata Siapa?”
“Roni sendiri yang bilang seperti itu”
“astaga Roni kenapa gak lu jelasin yang sebenarnya kenapa malah memperkeruh suasana”batin gw
“hey kenapa diem,bingung mau jawab apa”
“gw bukanya ga tahu mau jawab apa tetapi gw shock aja ,lu tau gw sama Roni udah temenan dari sejak gw kuliah, kalau pun gw ada rasa suka sama dia untuk apa gw jodohin sama lu kenapa gak gw jadiin pacar aja dari dulu , sebenarnya penjelasan apa yang Roni kasih waktu malam itu?”
“ya dia bilang kalau kalian sama-sama suka bahkan dari jaman kalian kuliah dulu”
Gw Cuma bisa tersenyum dan geleng-geleng kepala
“sepertinya kita bertiga harus bicara untuk menyelesaikan masalah ini”
“gw pun rasa iya”
“ok.. gw akan atur jadwal kita bertiga untuk bertemu”
“ok..gw tunggu kabar dari lu”
Selama jam kerja gw gak fokus sama sekali,dan pak Raffi sepertinya melihat itu
“kenapa kamu gak ngabarin saya kalau sudah sampe kantor” Tanya pak raffi
Ya ampun gw lupa kalau gw sekarang pacar pura-puranya pak Raffi
“aduuh iya pak maaf, aku lupa”
“lain kali jangan di ulangin “
“iya pak,sekali lagi maaf,oia pak apa bisa nanti saat makan siang kita bicara?”
“iya tentu bisa, nanti kita bicara di kafe taman saja”
“baik pak”
Kita berdua sudah ada di kafe taman, hidangan makan siang pun sudah tersedia di meja , kita berdua masih diam belum ada yang membuka pembicaraan
“katanya ada yang mau kamu bicarain,kok dari tadi diam aja” Tanya pak Raffi
“aku bingung pak, harus mulai dari mana,tapi sebelumnya aku minta maaf pak”
“minta maaf? Untuk”
“tadi pagi aku ketemu Dila di kamar mandi, dan aku bilang kalau kita udah jadian” suara gw makin pelan, takut dan bingung
“terus kata Dila bagaimana?”
“Dila tidak percaya, dan malah bilang kalau aku sudah mempermainkan Roni, karena ternyata Roni bilang pada Dila kalau kita sama-sama suka dari jaman kuliah dulu, padahal itu enggak bener, perasaan aku sama Roni tidak lebih dari sekedar teman “
“Dila percaya sama penjelasan kamu?”
“sepertinya sih masih ragu-ragu pak, untuk itu aku berencana untuk bicara bertiga untuk menyelesaikan masalah ini “
“rencananya kapan kalian akan bertemu ?”
“mungkin setelah Roni pulang dari kantor cabang di Surabaya pak”
“hmm begitu ya”
“pak Raffi marah ya”
“marah? Marah kenapa?”
“ya karena aku bilang sama Dila kalau kita udah jadian”
Pak Raffi malah tertawa, emangnya ada yang salah sama ucapan gw
“engga kok Dinda, kamu tenang saja”
Huh syukurlah kalau pak Raffi gak marah
“justru nanti kalau kamu mau bertemu Roni dan Dila, saya mau ikut, boleh kan?”
“iya pak boleh “
Waktu pun berjalan begitu cepat, hari-hari gw selalu ada pak Raffi, banyak kejutan-kejutan yang bikin gw jadi shock , dia memeperkenalkan gw pada orang tuanya sebagai calon istrinya, dan yang bikin gw makin shock orang tua dia merestui dan malah nyuruh kita untuk cepet-cepet menikah,padahal status kita hanya pacar pura-pura bukan beneran, memang sih udah beberapa bulan gw jalan sama pak Raffi gw udah mulai ngerasain rasa yang berbeda, dari perlakuan dia yang mengistimewakan gw, perhatian dia yang membuat gw kadang suka senyum-senyum sendiri, ada rasa kesal dan cemburu ketika dia pergi dengan teman-teman wanitanya, ingin rasanya gw melarang atau marah tapi gw siapa coba, gw hanyalah pacar pura-puranya saja bukanlah pacar sungguhan dia.
Cukup lama gw menunggu Roni pulang dari Surabaya, dan hari ini dia sudah mulai masuk kantor tempat dimana gw kerja, begitu dia datang gw langsung menghampiri dia
“hai Ron apa kabar” Tanya gw
“Dinda, gw baik lu sendiri gimana kabarnya?”
“gw juga baik, to the poin aja ya Ron, nanti sore sepulang kerja gw pengen ngobrol sama lu, ada sesuatu yang mau gw sampein “
“iya boleh-boleh Din, sekalian gw juga ada yang mau di omongin juga, dimana Din?”
“di kafe mentari “
“ok Din”
Gw pun  langsung pergi dari meja kerja Roni, gak betah rasanya berlama-lama dengan dia padahal gw sama roni berteman sudah lama tapi kenapa harus di rusak dengan sebuah perasaan
Waktu yang di tunggu pun tiba, gw pergi ke kafe bersama Raffi dan sesampainya disana gw liat Roni sudah datang dan dia kaget begitu melihat gw dateng bersama Raffi
“kok lu dateng sama pak Raffi?”
Gw gak menjawab hanya tersenyum padanya
Setelah memesan minum dan beberapa cemilan ,tidak ada yang berani untuk berbicara, mungkin Roni ngerasa canggung karena disitu ada Raffi
“sebentar ya Ron, kita masih nunggu seseorang”
“siapa Din?”
“nanti juga lu tahu”
Gak lama Dila pun datang dengan wajah yang sangat tidak suka akan kehadiran Roni namun dia tetap berusaha tenang
“Din kok ada Dila juga” Tanya Roni
“sorry semua gw telat. Tadi masih masih ada kerjaan sedikit” kata Dila
Gw dan Raffi hanya saling pandang saja dia pun tidak berani untuk bicara mungkin dia tidak mau mencampuri urusan kami
“ok gini Ron..kenapa gw ngundang lu buat kesini, dan kenapa ada Dila juga, karena gw mau menyelesaikan masalah yang terjadi di antra kita “
“masalah? Masalah apa memangnya?” Tanya Roni
“Hey lu gak ngerasa udah bikin masalah hah” kata Dila
“gw gak ngerasa bikin masalah , antara kita pun udah gak ada hubungan apa-apa lagi kan?” jawab roni
“Roni gw pengen nanya sama lu, sebenernya malam itu lu jelasin apa ke Dila, sampe-sampe di kantor ada gosip yang gak enak tentang gw?”
“ya gw jelasin yang sebenarnya lah”
“ya apa?”
“ya tentang yang kita bicarain waktu itu”
“yang kita bicarain waktu itu? Tentang gw nolak atas permintaan lu buat gw jadi cewek lu?”
“apa Din, jadi lu nolak permintaan Roni?” Tanya Dila
“iya Dil gw nolak, karena memang gw ga ada perasaan apa-apa terhadap Roni,Cuma benar-benar hanya teman gak lebih”
“tapi Roni bilang kalau kalian saling suka” jawab Dila
“ok ok gw emang salah, gak jelasin yang sebenarnya sama Dila, karena gw pikir itu saatnya gw bisa putus dengan Dila dan bisa bersatu sama lu Din, gw gak bermaksud buat bikin gosop di kantor yang bikin nama lu jadi jelek “ kata Roni
“enak banget ya jadi lu Ron, udah bikin hubungan gw sama Dinda jadi rusak”
“soory Dil kalo gw memang nyakitin lu, tapi gw sayangnya sama Dinda dari dulu bahkan sampe detik ini juga”
“tapi Dinda ga ada perasaan apa-apa sama lu Ron, sadar dong..sekarang Dinda udah jadian sama pak Raffi”
Roni hanya tertawa , gw bingung kenapa Roni tertawa mendengar perkataan Dila
“oh gw paham kenapa pak Raffi ikut kesini”
“maksudnya Ron”Tanya gw
Gw mencoba melihat ke arah Raffi dia masih tetap diam tidak ikut bicara meskipun namanya sudah mulai di bawa-bawa
“lu pasti mau meyakinkan gw sama Dila kan kalo pak Raffi ini pacar lu”sindir Roni
“em..emm. pak Raffi memang pacar gw kok” gw mulai gugup menjawab pernyataan Roni
“yakin?”
“yakin dong”
“kok gugup gitu sih jawabnya, udahlah jujur aja sama gw dan Dila Din”
“jujur apa sih Ron”Tanya gw
“jangan kira mentang-mentang gw kemarin di Surabaya terus gw gak tau apa-apa tentang lu disini Din”
Gw semakin gak ngerti sama apa yang di katakana oleh Roni
“udahlah Din gak usah belaga gak ngerti gituh deh, gw tau kok kalo lu sama pak Raffi itu Cuma pura-pura pacaran doing demi menutupi nama baik lu yang udah tercoreng di kantor gara-gara gosip itu”
“seriusan Din lu Cuma pura-pura sama pak Raffi?” Tanya Dila
Jujur gw bingung harus jawab apa,karena pak Raffi pun gak ngomong apa-apa atau menyangkal dia hanya diam saja
“kenapa diam Din”Tanya Roni
“iya Din jawab, kalo kata Roni itu benar berarti selama ini lu udah bohongin gw, bohongin kita-kita semua”kata Dila
“iya lah itu benar Dil, gw sama Dinda kan udah saling suka sejak lama, karena sama-sama gengsi jadinya Dinda diem,dia pacaran sama pak Raffi aja pasti yang di pikirinnya gw “
“gw kecewa sama lo Din,gw kira lu beneran mau memperbaiki hubungan kita tapi ternyata”
“udah stoppp”gw udah mulai gak tahan dan gak terasa air mata gw pun menetes,gw gak tahan kalau terus di pojokan begini ,dan pak Raffi pun diem aja gak ada sedikit pun pembelaan buat gw
“iya emang gw pura-pura pacaran sama pak Raffi, karena gw udah gak tahan sama gosip di kantor yang di sebabkan oleh kalian berdua,lu Dila terserah lu mau kecewa atau gimana sama gw, gw ngelakuin ini gw Cuma pengen ngebuktiin kalau gw gak ada hubungan apa pun sama Roni,dan lu Ron dari jaman kuliah sampai detik ini gw gak pernah ada perasaan suka sama lu,gw Cuma nganggep lu itu temen gak lebih,jadi tolong jangan memperburuk keadaan dengan bilang kalau kita sama-sama suka,karena saat ini gw laki suka sama seseorang, puas kalian” gw langsung pergi dari sana setelah meluapkan kekesalan gw pada mereka.
Gw pergi masih dengan kondisi menangis, masa bodo orang-orang ngeliatin gw dengan tampang ingin taunya, gw pergi ke sebuah taman di dekat kafe itu untuk menenangkan diri, tetapi tiba-tiba ada seseorang yang memeluk gw dari belakang
“ I love you” bisiknya
Gw kaget dan reflex melihat kebelakang, ternyata itu Raffi
“pak Raffi,maaf tadi aku langsung pergi dari kafe “
Pak Raffi tidak menjawab dia duduk di samping gw sambil tersenyum dan mengusap sisa-sisa air mata  gw
“tapi bentar deh,tadi pak Raffi bisikin aku apa”Tanya gw
Sebelum menjawab dia tersenyum
‘kamu udah tenang ?” tanyanya
“sedikit lebih tenang “
“Dila dan Roni sudah saya bereskan”
“maksudnya?”
“ya mereka udah saya kasih pengertian.dan mereka mengerti dan menitip kan pesan maaf buat kamu”
Gw hanya terdiam mendengar penjelasan dari pak Raffi ini, kok bisa mereka semudah itu mengerti
“kamu jangan bengong begitu, oia kalau boleh saya tau memangnya siapa laki-laki yang kamu lagi suka?”
aduhhh kenapa dia nnya begitu ,
“ah enggak ada pak,tadi Cuma asal bicara saja”
“emm asal bicara saja ,saya kira laki-laki itu saya”
“hehh maksd pak Raffi”
“sudah lupakan saja,sama bisikan tadi juga lupakan saja,anggap saja itu hanya hiburan semata”
Gw liat ada raut muka kecewa di wajahnya, soal bisikan,memang tadi dia bisikin gw apa,gak kedengeran sama gw
“pak kok diem aja”Tanya gw
“enggak gak apa-apa”
Suasan benar-benar terasa canggung sekali,dari yang gw nangis-nangis dan sekarng gw kebingungan , dari pada penasaran gw Tanya saja lah
“pak kok sepertinya ada muka-muka kecewa”
“baguslah kalau kamu peka”
“peka?”
“iya,peka kalau saya lagi kecewa, saya kira tadi kamu bicara soal laki-laki yang kamu suka itu beneran dan itu saya,karena setau saya laki-laki yang sedang dekat dengan mu akhir-akhir ini Cuma saya tetapi kamu asal bicara saja”
“sebenernya aku memang lagi suka pak sama seseorang,namun aku rasa itu gak akan mungkin bisa terjadi, status kita pun jauh beda antra langit sama bumi, terrlalu berharap tinggi saja kalau aku bisa bareng-bareng terus sama dia”
“memangnya dia siapa,sampai-sampai kamu melihat dari statusnya”
“aduhh ngomong gak ya,masa cewek duluan sih yang bilang” batin gw
“Din Dinda kok melamun lagi”
“iya pak, laki-laki itu pak Raffi” gw jawab itu dengan suara pelan dan mata tertutup, gw gak mau lihat ekpresi wajah pak Raffi yang marah atau kecewa karena gw suka sama dia , tetapi suasana hening tak ada yang bersuara , apa pak Raffi udah pergi begitu gw buka mata gw liat pak Raffi masih ada di samping gw sambil senyum-senyum dan merhatiin gw,
“kok senyum-senyum pak?”
Dia langsung memeluk gw
“karena aku juga suka sama kamu, sayang malahan ,aku bikin status pacar pura-pura hanya untuk kamuplase saja,aku bingung bagaimana caranya bisa deketin kamu”
“jadi pak Raffi”
“iya,aku udah suka sama kamu jauh sebelum kita bikin status itu”
“kok bisa?”
“kamu inget waktu outing kantor di Bali,di situ aku pertama kali liat kamu dan jatuh hati sama kamu,jadi begitu papa minta aku pindah ke sini,dengan senang hati aku terima, dan karena itu pun aku berani untuk mengenalkan kamu sebagai calon istri kepada mereka”
“aaahhh aku terharu”
Dia kembali memeluk ku
“kamu mau kan menikah dengan ku”
“ini serius”
“apa kamu liat aku sedang bercanda?”
Aku hanya geleng-geleng kepala saja
“jadi”
“iya aku mau menikah sama kamu”
Kita pun kembali berpelukan,gak nyangka memang dari yang awalnya hanya sekedar bos dan bawahan kini aku bersanding dengannya, dari yang Cuma pacar pura-pura dan sekarang menjadi sungguhan
“mah ,keinginan mu sebentar lagi akan terwujud, aku akan menikah mah dengan bos ku,karena dua adalah jodohku” batinku.


THE END












Buah hatiku

18 april 2020 aku melaksanakan akad dengan kekasih ku, pesta pernikahan yang aku impikan seakan lenyap karena wabah yang sedang menimpa nege...